Rudal Iran Hantam Haifa, Pemimpin Kota Serukan Akhiri Perang
Berita Dunia - Serangan rudal yang mengguncang kota Haifa pada Kamis malam waktu setempat meninggalkan jejak kehancuran dan kepanikan di kalangan warga. Iran, yang diklaim menjadi dalang serangan tersebut, kembali melancarkan rentetan rudal balistik ke wilayah utara Israel sebagai bagian dari eskalasi konflik yang kian memanas di kawasan Timur Tengah.
Wali Kota Haifa, Yael Levine, menyuarakan keprihatinan mendalam atas kondisi warganya. Dalam konferensi pers yang digelar tak lama setelah serangan, ia secara terbuka meminta pemerintah Israel dan pihak-pihak terkait untuk mempertimbangkan langkah damai dan segera menghentikan konflik bersenjata yang telah menelan banyak korban sipil.
“Kami tidak bisa terus hidup dalam bayang-bayang ledakan. Anak-anak kami trauma, fasilitas umum rusak, dan warga ketakutan setiap malam. Ini bukan lagi soal politik atau militer — ini tentang kemanusiaan,” ungkap Levine dengan suara gemetar.
Serangan rudal tersebut menghantam beberapa titik penting di Haifa, termasuk dekat kawasan industri dan permukiman padat penduduk. Meskipun sistem pertahanan udara Iron Dome berhasil mencegat sebagian rudal, beberapa proyektil tetap lolos dan menyebabkan kerusakan infrastruktur serta melukai sedikitnya 17 orang.
Militer Israel menanggapi serangan ini dengan meluncurkan operasi udara balasan ke sejumlah titik strategis di wilayah Iran dan Suriah, yang diduga menjadi tempat peluncuran rudal. Namun, seruan untuk deeskalasi semakin menggema di tengah meningkatnya jumlah korban sipil di kedua belah pihak.
Sementara itu, masyarakat internasional mulai mendorong langkah diplomatik untuk meredakan ketegangan. Beberapa negara Eropa menyerukan pertemuan darurat di PBB guna membahas dampak dan solusi atas konflik yang terus berkembang ini.
Wali Kota Haifa menjadi salah satu suara penting dari dalam Israel yang berani menyerukan penghentian perang secara terbuka. Ia menambahkan bahwa pemerintah pusat perlu mendengarkan jeritan rakyat dan memprioritaskan keselamatan warga sipil dibanding kepentingan geopolitik semata.
“Perang ini tidak lagi melindungi kami, tapi justru menghancurkan masa depan kami,” ujar Levine menutup pernyataannya.
Tidak ada komentar: