Purbaya Ungkap Prabowo Setuju Rp 200 Triliun Diguyur ke Bank untuk Percepat Kredit
Berita Dunia - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkap bahwa Presiden Prabowo Subianto menyetujui rencana pemindahan dana pemerintah senilai Rp 200 triliun yang sebelumnya mengendap di Bank Indonesia (BI), untuk dialokasikan ke dalam sistem perbankan nasional. Langkah ini dirancang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan penyaluran kredit.
Tujuan: Memaksa Bank Menyalurkan Kredit
Penempatan dana ini bertujuan agar bank-bank tidak bisa lagi diam saja dan termotivasi menyalurkan kredit. Konsep ini berusaha "memaksa mekanisme pasar bekerja", sehingga likuiditas tidak mengendap, melainkan mengalir langsung ke perekonomian.
Rencana Masuk Anggaran Lebih (SAL) dan SiLPA
Sumber dana sebesar Rp 200 triliun tersebut berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA), yang sebelumnya tersimpan di BI sebesar total Rp 425 triliun.
Dikonfirmasi Secara Resmi
Setelah rapat terbatas di Istana, Purbaya menyatakan, “Sudah, sudah setuju,” menandakan restu final dari Presiden Prabowo untuk kebijakan ini. Ia juga mengungkapkan bahwa regulasi terkait sedang disiapkan agar dana tidak diserap kembali melalui operasi moneter BI.
Imunitas terhadap Inflasi
Meskipun penyuntikan likuiditas dalam jumlah besar patut diwaspadai, Purbaya meyakinkan bahwa inflasi masih terkendali. Asalkan pertumbuhan ekonomi berada di tahap di bawah kapasitas potensial (masih di kisaran 5–6,5%), ruang fiskal masih memungkinkan tanpa menciptakan tekanan inflasi.
Signifikansi dan Tantangan ke Depan
Langkah ini menjadi game-changer dalam menghidupkan ekonomi yang selama ini terhambat oleh penumpukan dana pemerintah di BI. Dukungan presiden menjadi kredo kuat di balik pelaksanaan kebijakan ini. Namun, tantangan selanjutnya adalah efektivitas penyaluran kredit yang berdampak pada sektor riil dan memastikan regulasi mendorong tujuan kebijakan tercapai.
Strategi ini juga mencerminkan sinergi kebijakan fiskal dan moneter—dua mesin krusial untuk memanaskan kembali perekonomian setelah kondisi stagnan yang ditandai tingginya jumlah pengangguran dan perlambatan investasi.



Tidak ada komentar: