Penemuan Uranium di Kalimantan: Peluang dan Tantangan Energi Nuklir Indonesia


 Berita Dunia - Penemuan mengejutkan kembali terjadi di tanah air. Tim gabungan dari Badan Geologi Nasional dan Lembaga Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) resmi mengonfirmasi adanya deposit bahan baku nuklir alami berupa uranium dan thorium di wilayah pedalaman Kalimantan. Temuan ini disebut sebagai salah satu yang terbesar di Asia Tenggara, menjadikannya perhatian serius pemerintah dan komunitas ilmiah nasional


Penemuan Berawal dari Survei Geologi Rutin

Penemuan ini bermula dari survei geologi dan pemetaan sumber daya alam yang dilakukan sejak awal tahun 2024 di wilayah perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Utara. Awalnya tim geolog hanya mendeteksi anomali radioaktif di sekitar area bebatuan granit tua, namun setelah pengeboran eksplorasi dilakukan pada awal 2025, hasil laboratorium menunjukkan kadar uranium dan thorium yang sangat signifikan.


“Kami menemukan konsentrasi uranium pada kadar 0,3% hingga 0,7%, yang cukup tinggi untuk wilayah tropis,” ujar Dr. Hendra Santoso, Kepala Bidang Eksplorasi Mineral BATAN dalam konferensi pers di Jakarta.


Selain uranium, lokasi tersebut juga mengandung thorium, unsur radioaktif lain yang semakin banyak dipelajari sebagai bahan bakar alternatif reaktor nuklir masa depan.


Pemerintah Siapkan Tim Nasional Energi Nuklir

Menanggapi temuan ini, Presiden RI langsung memerintahkan pembentukan Tim Khusus Nasional Energi Nuklir, yang melibatkan lintas kementerian: Kementerian ESDM, Kementerian Pertahanan, BRIN, dan BUMN strategis. Fokus awal tim ini adalah pengamanan lokasi, evaluasi potensi cadangan, dan kajian dampak lingkungan sebelum rencana eksploitasi dibuat.


“Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton dalam peta energi masa depan. Jika dikelola dengan bijak, cadangan ini bisa menjadi kekuatan strategis bangsa,” ujar Menteri ESDM, Arifin Nugroho.


Potensi Ekonomi dan Geopolitik

Menurut pakar energi dari Universitas Indonesia, Prof. Siti Mardiana, nilai ekonomis uranium dan thorium sangat tinggi di pasar global. Dengan harga uranium yang kini mencapai USD 80 per pon di pasar dunia, potensi pemasukan negara bisa mencapai triliunan rupiah jika cadangan tersebut layak ditambang.


Namun, lebih dari itu, penemuan ini memberi Indonesia leverage geopolitik baru di tengah transisi global ke energi bersih. Negara-negara seperti Tiongkok, Rusia, dan India telah berlomba mengembangkan reaktor generasi baru yang bisa menggunakan thorium sebagai bahan bakarnya.


“Bukan tidak mungkin, Indonesia bisa menjadi pemasok strategis bahan baku nuklir di kawasan Asia Pasifik,” jelas Prof. Siti.


Isu Keamanan dan Lingkungan Jadi Sorotan

Meski prospeknya menjanjikan, sejumlah aktivis lingkungan mengingatkan bahwa penambangan uranium memiliki risiko tinggi terhadap pencemaran radioaktif, kerusakan ekosistem, serta dampak sosial terhadap masyarakat adat di sekitar lokasi.


Organisasi lingkungan WALHI menuntut keterbukaan data dan pelibatan publik sebelum proyek tambang dimulai.


“Jangan sampai demi mengejar cadangan energi, kita mengorbankan hutan, air, dan masyarakat lokal,” ujar Dinanti Syahreza, Juru Kampanye Energi WALHI.


Pemerintah menjawab dengan komitmen membentuk tim independen analisis dampak lingkungan serta melibatkan masyarakat adat dalam proses konsultasi awal.


Dampak Langsung ke Pembangunan Nasional

Beberapa pengamat menyebut penemuan ini berpotensi mengubah arah kebijakan energi nasional. Di tengah naiknya harga batu bara dan gas alam, uranium dan thorium menjadi alternatif yang dapat mengisi kebutuhan energi jangka panjang jika pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) benar-benar dibangun di masa depan.


BRIN sendiri telah menyatakan kesiapan untuk mempercepat riset teknologi nuklir, termasuk pembangunan reaktor mini modular (SMR) yang lebih aman dan cocok untuk negara kepulauan seperti Indonesia.


Masyarakat Lokal: Antara Harapan dan Kekhawatiran

Di wilayah perbukitan Kalimantan tempat temuan itu berada, respons masyarakat beragam. Sebagian menyambut baik kemungkinan pembukaan lapangan kerja dan infrastruktur, namun banyak pula yang khawatir akan hilangnya hutan adat dan sumber air bersih.


“Kami ingin dilibatkan. Jangan hanya dijadikan penonton saat tambang masuk. Ini tanah leluhur kami,” kata Daniel, tokoh adat dari Kalimantan Utara.


WA: +62 82161535833
Telegram: Vivo7bet
IG : Vivo7betOfc

Tidak ada komentar: